Sunday, 5 May 2013

on

KAJIAN AYAT
(Kajian Surat Asy-Syura ayat 36-37)
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Bina Kader (BINDER) Program Tutorial PAI MKDU 2013






Oleh :

Fikri Yandi Kurniawan            1205999
Raka Dwi Aprian                    1205990








PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2013



KATA PENGANTAR


Saya mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Sholawat serta salam tidak lupa kita junjungkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, Tauladan sejati sampai akhir zaman, sehingga penulis atau penyusun dapat menyelesaikan makalah Kajian ayat Surat Asy-Syura 37-38 ini.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat dijadikan sebagai motivasi pembaca untuk mengkaji ayat ini jauh lebih dalam dari apa yang telah kami kaji.




                                 Bandung, 05 Mei 2013




                                          Penulis



PENDAHULUAN

1.1. Sejarah Surat Asy-Syura


Surat Asy Syu’ara merupakan surat yang ke 26 di dalam Al Qur’an. Surat Asy Syu’ara termasuk golongan surat Makkiyah dan surat Asy Syu’ara terdiri dari 227 ayat. Dinamakan Asy Syu’ara (kata jamak dari Asy Syafir yang berarti penyiar) dan diambil dari kata Asy Syu’ara yang terdapat pada ayat 224, yang terdapat pada bagian terakhir surat Asy Syu’ara. Di kala Allah swt secara khusus menyebutkan kedudukan para penyair arab pada zaman jahiliyah. Para penyair iru mempunyai sifat yang berbeda jauh dengan para rasul. Karena mereka diikuti oleh orang sesat dan mereka suka memutar balikan lidah. Mereka tidak mempunyai pendirian, pendirian mereka tidak sesuai dengan apa yang telah mereka ucapkan. Sifat-sifat yang demikian tidaklah sekali-kali terdapat pada rasul-rasul. Oleh karena itu demikian tidak patut bila nabi Muhammad saw dituduh sebagai penyair, dan Al-Quran dituduh sebagai syair, Al-Quran merupakan  wahyu Allah swt, bukan buatan dari manusia terjadi saling pengaruh, meminjam atau menyerap unsur asing dengan sendirinya
.

1.2.  Isi Pokok dari Surat Asy-Syura


1.      Keimanan: Jaminan Allah swt  akan kemenangan perjuangan rasul- rasul-Nya dan keselamatan mereka. Al Quran benar- benar wahyu dari Allah swt yang dibawa turun ke dunia oleh Malaikat Jibril a.s. (Ruuhul amiin); hanya Allah swt yang wajib disembah.
2.      Hukum-hukum: Keharusan untuk memenuhi takaran dan timbangan; larangan untuk mengubah syair yang berisi tentang cacian-cacian, khurafat- khurafat, dan kebohongan-kebohongan.
3.      Kisah-kisah: Kisah-kisah Nabi Musa a.s. dengan raja Fir'aun; kisah Nabi Ibrahim a.s. dengan para kaumnya; kisah Nabi Nuh a.s. dengan para kaumnya; kisah Nabi Shaleh a.s. dengan para kaumnya (Tsamud); kisah Nabi Hud a.s. dengan para kaumnya (Ad), kisah Nabi Luth a.s. dengan para kaumnya; kisah Nabi Syu'aib a.s. dengan para penduduk Aikah.
4.      Dan lain-lain: Kebinasaan suatu bangsa atau umat yang disebabkan mereka meninggalkan petunjuk-petunjuk agama islam; tumbuh-tumbuhan yang bermacam – macam dan beraneka ragam dan perubahan-perubahannya adalah merupakan bukti adanya Tuhan Yang Maha Esa, dengan adanya petunjuk-petunjuk Allah swt bagi pemimpin agar berlaku lemah lembut terhadap para pengikut-pengikutnya; turunnya kitab suci Al Quran dalam berbahasa Arab dan sudah disebut dalam kitab- kitab suci dahulu.
5.      Sebagian besar surat Asy Syu’araa’ menerangkan tentang kisah para nabi-nabi dengan para umatnya masing-masing. Mereka mengalami penderitaan dan permusuhan dari para kaumnya, tetapi pada akhirnya mereka mendapatkan kemenangan, dan lawan-lawan yang mereka hadapi mengalami kehancuran. Kisah-kisah ini diceritakan oleh Allah swt untuk menghibur hati Rasulullah s.a.w. dan para kaum muslimin; karena kelak mereka akan mendapat kemenangan sebagaimana para rasul pada zaman dahulu.

BAB II
PEMBAHASAN SURAT ASY-SYURA AYAT 36-37


2.1  Surat Asy-Syura ayat 36-37


Maka sesuatu yang diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan hidup di dunia; dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Tuhan mereka, mereka bertawakkal.
Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah segera memberi maaf.


2.2  Makna dan Kandungan ayat

Dalam ayat tersebut Allah SWT menjamin kepada orang yang beriman dan bertawakal kepada Allah, maka Allah tidak hanya memberikan mereka kenikmatan didunia tetapi juga diakhirat dimana kenikmatan di dunia akhirat tidak seperti kenikmatan didunia yang hanya sementara. Diakhirat Allah memberikan nikmat yang lebih baik dan kekal abadi.
            Orang-orang yang beriman dan bertawakal akan senantiasa menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji. Dalam ayat 37 Allah menyebutkan salah satu cirri orang beriman dan bertawakal yaitu ketika mereka merasa marah dan kesal pada seseorang atau sekelompok orang maka ia akan senantiasa memberikan maaf kepada mereka karena orang-orang yang beriman bukan lah orang-orang yang pendendam.
            Pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata.Berdasarkan sumber hukum islam, terdapat beberapa ciri orang-orang yang beriman/mukmin, yaitu :
1.      Mencintai Allah diatas segala-galanya.
2.      Ketika mendengar atau menyebutkan nama Allah begetar hatinya.
3.      Percaya kepada-Nya, Rasulullah, diri sendiri dan orang lain.
4.      Hidupnya tenang dan terhindar dari kegelisahan.
5.      Selalu menjaga persaudaraan sesame umat islam.
6.      Menjauhi sikap egois dan menghargai orang lain atas kekurangan maupun kelebihannya.
7.      Berusaha untuk menegakkan kebenaran dan menghapus kejahatan.
8.      Hidup yang seimbang antara kehidupan duniawi dan akhirat serta tidak mudah putus asa.
9.      Senantiasa memakmurkan masjid dan mendalami ajaran islam.

Pengertian Tawakal secara istilah adalah rasa pasrah hamba kepada allah swt yang di sertai dengan segala daya dan upaya mematuhi, setia dan menunaikan segala pertintahNya. Orang yang mempunyai  sikap tawakal akan senantiasa bersyukur jika mendapatkan suatu keberhasilan dari usahanya. Hal ini karena ia menyadari bahwa keberhasilan itu di dapatkan atas izin dan kehendak Allah. Sementara itu, jika mengalami kegagalan orang yang mempunyai sifat tawakal akan senantiasa merasa ikhlas menerima keadaan tersebut tanpa merasa putus asa dan larut dalam kesedihan karena ia menyadari bahwa segala keputusan allah pastilah terbaik.
Sebuah aktivitas bisa di kategorikan menggunakan prinsip tawakal apabila terdapat 4 unsur, yaitu sebagai berikut :
1.      Mujahadah, artinya sungguh sungguh dalam melakukan suatu pekerjaan, artinya tidak asal asalan. Contohnya, sebagai pelajar, belajarlah sungguh sungguh agat dapat memperoleh prestasi yang baik.
2.      Doa, artinya walaupun kita sudah melakukan upaya mujahadah (sungguh-sungguh) kita pun harus tetap berdoa memohon kepada Allah subhanahu wa ta’ala
3.      Syukur, artinya apabila menemukan keberhasilan kita harusmensyukurinya. Prinsip ini perlu kita punya. Jika tidak, kita akan menjadi orang yang sombong atau angkuh (kufur nikmat).
4.      Sabar, Artinya tahan uji menghadapi berbagai cobaan termasuk hasil yangtidak memuaskan (kegagalan). Sabar tidak berarti diam dan meratami kegagalan, tetapi sabar adalah instropeksi dan bekerja lebih baik agar kegagalan tidak terulang
Contoh dari perilaku tawakal :
“Ali dan Aisyah akan menghadapi ujian semester, mereka berdua belajar dengan tekun, mengadakan belajar bersama, bahkan ikut bimbingan belajar, dengan harapan nilai baik, ketika ujian tiba mereka mengerjakan dengan sungguh-sungguh dan tidak lupa berdoa kepada Allah SWT, setelah mereka berusaha dan berdoa maka mereka bertawakal kepada Allah SWT.”


BAB III
SIMPULAN


Jadi, kesimpulan yang dapat kita tarik dari Surat Asy-Syura Ayat 36-37 yaitu Kita sebagai manusia yang memeluk agama Islam diwajibkan menjadi orang-orang yang beriman dan bertawakal, karena Allah telah menjamin kepada mereka orang-orang yang beriman dan bertawakal akan diberikan nikmat didunia dan diakhirat, dimana Allah telah mengatakan nikmat di akhirat jauh lebih baik dan kekal abadi. Orang yang beriman dan bertawakal senantiasa menjauhi segala dosa-dosa dan perbuatan keji serta perbuatan yang dapat mengurangi kualitas iman kita. Ketika mereka merasa marah ataupun kesal, orang yang beriman akan senantiasa memberikan maaf, karena orang yang beriman bukan lah seorang yang pendendam.

DAFTAR PUSTAKA


Luthfi, Saiful (2012). Makna dan Istilah Surat dalam Al-Qur’an [online].
Terseda : http://makna-istilah-alquran.blogspot.com/2013/02/surat-asy-syuara.html

Hudin, Rahmad (2010). Isi Kandungan Ayat-ayat Al-Qur’an [online].
Tersedia : http://rahamd-udien.blogspot.com/2011/06/agama-isi-kandungan-dari-setiap-surat.html

Kitab Suci Al-Qur’an [online].
Tersedia : http://darulhuffadh.or.id/quran/42?sort=desc&order=Ayat&page=1

Al-Qur’an Online [online].
Tersedia : http://quran.insanislam.com/surat/asy-syura/hal-4.htm

Tim Dosen PAI Universitas Pendidikan Indonesia (2012). Pendidikan Agama Islam. Bandung. Value Press Bandung

Media Berdakwah Islam. Pengertian Tawakal Kepada Allah [online].
Tersedia : http://infodakwahislam.wordpress.com/2013/02/24/pengertian-tawakal-kepada-allah-swt/        

 

0 comments:

Post a Comment