Wednesday, 19 February 2014

on

EVALUASI KURIKULUM
MAKALAH



disusun untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Kurikulum Pembelajaran

Dosen Pengampuh

Disusun oleh :
Kelompok IX
Feridi                                              ()
Muhammad Bukhori                       ()
Raka Dwi Aprian                      (1205990)
Puji Astuti                                 (1206014)
Vety Komala Sari                      (1205992)                                                       

PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
TAHUN 2013/2014
BANDUNG



Abstrak
Makalah ini menjelaskan tentang evaluasi kurikulum di kurikulum dan pembelajaran dengan semua masalah secara tertulis. Tujuan dari makalah ini adalah  untuk mengkaji dan mengetahui apa pengertian dari Evaluasi Kurikulum.
1.      Pengertian Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum merupakan suatu proses evaluasi terhadap kurikulum secara keseluruhan baik yang bersifat makro atau ruang lingkup yang laus (ideal curriculum) maupun lingkup mikro (actual curriculum) dalam bentuk pembelajaran.

2.      Tinjauan Evaluasi Kurikulum
a.       Perbaikkan Program
b.      Pertanggungjawaban kepada berbagai pihak
c.       Penentuan tindak lanjut hasil pengembangan

3.      Manfaat Evaluasi Kurikulum


4.      Tujuan Evaluasi Kurikulum

a. Untuk Memperbaiki Program
b. Pertanggungjawaban kepada Berbagai Pihak
c. Penentuan Tindak Lanjut Hasil Pengembangan
d.  Suatu prosedur program testing.
e.  Pedoman prosedur penulisan.
f . Materi dan alat pengajaran.
g Kegiatan guru dalam kelas.
h.  Kegiatan murid dalam kelas.
i.  Prosedur pengelolaan kelas.





KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam karena atas izin dan kehendakNya jualah makalah sederhana ini dapat kami rampungkan tepat pada waktunya.
Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kurikulum dan Pembelajaran. Adapun yang kami bahas dalam makalah  mengenai Evaluasi Pembelajaran. Selain itu tujuan dari penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang pengetahuan Evaluasi Kurikulum sehingga kita dapat mengevaluasi kurikulum yang ada .Saya juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak. selaku dosen Kurikulum dan Pembelajaran yang telah membimbing kami  agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, saya menerima kritik dan saran agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik dan mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan dari makalah ini .Untuk itu saya mengucapkan banyak terimakasih dan semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca

Bandung, 11 Oktober 2013

     Penulis




BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
            Definisi dari Evaluasi Kurikulum Menurut Oliva (1983) Evaluasi adalah alat untuk menentukan keputusan apa yang perlu dikembangkan dan untuk menentukan keputusan apa yang perlu dikembangkan dan untuk memberikan dasar efek-efek yang berkembang.Sedangkan menurut Hamid Hasan (1988 : 13) Evaluasi adalah suatu proses pemberian pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangkan.Kurikulum itu sendiri merupakan bagian dari lingkup yang luas.Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
Kurikulum memiliki dimensi yang luas karena mencakup banyak hal.Aspek-aspek kegiatan kurikulum dimulai dari perencanaan, pengembangan komponen, implementasi serta hasil belajar dianggap sebagai ruang lingkup kajian evaluasi kurikulum.
Evaluasi untuk program pelaksanaan pengembangan kurikulum di tingkat sekolah memerlukan indikator keberhasilan sebagai tolak ukur pencapaian pelaksanaan kurikulum. Indikator keverhasilan kurikulum mencakup : (1) Indikator keberhasilan sosialisasi kurikulum, (2) Indikator keberhasilan penyusunan silabus, (3) Indikator keberhasilan penyusunan program tahunan dan semester, (4) Indikator keberhasilan penyusunan rencana pembelajaran, (5) Indikator keberhasilan penyusunan bahan ajar, (6) Indikator keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.

B.Rumusan Masalah
1.Apa pengertian Evaluasi Kurikulum ?
2.Apa tujuan Evaluasi Kurikulum ?
3.Apa saja Model Evaluasi Kurikulum ?




C.Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.      Untuk mengkaji dan mengetahui apa pengertian dari Evaluasi Kurikulum dan tujuan  dari evaluasi kurikulum.
2.      Untuk mengetahui apa sajakah model-model dari Evalausi Kurikulum

D.Manfaat Penulisan Makalah
Manfaat yang diharapkan setelah penulisan makalah ini adalah :
1.      Mampu mejelaskan tujuan Evaluasi Kurikulum
2.      Mampu mejelaskan Konsep Evalausi Kurikulum
3.      Dan mampu megaplikasikannya
4.      Untuk memperbaiki program
5.      Penentuan tindak lanjut hasil pengembangan
E.Prosedur Penulisan Makalah
Dalam pembuatan makalah ini, penulis membuat makalah terdiri dari :
BAB I PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang Masalah
B.       Rumusan dan Batasan Masalah
C.       Tujuan Penulisan Makalah
D.       Manfaat Penulisan Makalah
BAB II LANDASAN TEORI
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
A.       Simpulan
B.       Saran



BAB II
Landasan Teoritis/Kajian Pustaka
A.Pengantar
            Pembahasan mengenai evaluasi kurikulum tidak terlepas dari beberapa istilah yang senada bahkan sering dipertukarkan maknanya , yaitu evaluasi, penilaian, pengukuran dan tes.Melihat dari padanan kata, evaluasi berasal dari bahasa inggris yakni “evaluation” sedangkan penilain disebut juga “assessment”, pengukuran adalah “measurement  sedangkan tes dalam bahasa inggri disebut “test”.
            Keterkaitan antara evaluasi dan pengukuran adalah terdapat beberapa ukuran yang terstandar seperti meter, kilogram, takaran dan lain-lain.
Definisi dari Evaluasi Kurikulum Menurut Oliva (1983) Evaluasi adalah alat untuk menentukan keputusan apa yang perlu dikembangkan dan untuk menentukan keputusan apa yang perlu dikembangkan dan untuk memberikan dasar efek-efek yang berkembang.Sedangkan menurut Hamid Hasan (1988 : 13) Evaluasi adalah suatu proses pemberian pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangkan.Kurikulum itu sendiri merupakan bagian dari lingkup yang luas.Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
1.Tyler (1949) evaluasi kurikulum adalah upaya untuk menentukan tingkat perubahan yang terjadi pada hasil belajar (behavior).

2.Orint (1993) evaluasi kurikulum yaitu memberikan pertimbangan berdasarkan kriteria yang disepakati dan data yang diperoleh
di lapangan.

3.Cronbach (1980) evaluasi kurikulum yaitu proses pemeriksaan sitematis terhadap peristiwa yang terjadi pada waktu suatu kurikulum dilaksanakan dan akibat dari pelaksanaan kurikulum tersebut.

4.Meyer (1989) evaluasi kurikulum sebagai suatu usaha untuk memahami apa yang terjadi dalam pelaksanaan dan dampak dari kurikulum.

Jadi, evaluasi kurikulum merupakan suatu proses evaluasi terhadap kurikulum secara keseluruhan baik yang bersifat makro atau ruang lingkup yang laus (ideal curriculum) maupun lingkup mikro (actual curriculum) dalam bentuk pembelajaran.
BAB III
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Evaluasi Kurikulum
            Kurikulum merupakan bagian dari pendidikan dalam lingkup yang luas.Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan.Mengevaluasi keberhasilan sebuah pendidikan berarti juga mengevaluasi kurikulumnya.Hal ini berarti evaluasi kurikulum merupakan bagian dari evaluasi pendidikan,yang memusatkan perhatiannyapada program-program untuk peserta didik.Hasil evaluasi kurikulum bermanfaat bagi penentu kebijakan dalam menentukan keputusan untuk melakukan perbaikan ataupun perubahan kurikulum.
            Evaluasi merupakan bagian penting dalam proses pengembangan kurikulum,baik dalam pembuatan kurikulum baru,memperbaiki kurikulum yang ada atau menyempurnakannya.
            Evaluasi kurikulum merupakan suatu proses evaluasi terhadap kurikulum secara keseluruhan baik yang bersifat makro atau ruang lingkup yang luas (ideal curriculum) maupun lingkup mikro (actual curriculum) dalam bentuk pembelajaran.Evaluasi pelaksanaan kurikulum tidak hanya mengevaluasi hasil belajar peserta didik dan  proses pembelajarannya,tetapi juga rancangan dan pelaksanaan kurikulum,kemampuan dan kemajuan siswa ,sarana dan prasarana,serta sumber belajarnya.Hasil kurikulum dapat digunakan sebagai penentu kebijakan pendidikan pada tingkat pusat,daerah dan sekolah untuk memperbaiki kekurangan yang ada dan meningkatkan hasil yang optimal.
B.Tujuan Evaluasi Kurikulum
            Dalam arti luas evaluasi kurikulum dimaksudkan untukmemeriksa kinerja kurikulum
 secara keseluruhan ditinjau dari beberapa aspek yaitu efektivitas, relevansi, efisiensi, dan kelayakan (feasibility) program. Evaluasi dalam pengembangan kurikulum dimaksudkan untuk keperluan:
a.       Perbaikan program Evaluasi bersifat konstruktif karena informasi hasil evaluasi dijadikan input bagi perbaikan pengembangan program kurikulum.
b.      Pertanggung jawaban kepada berbagai pihak
Pada fase pengembangan kurikulum diperlukan pertanggung jawaban sosial, ekonomi, dan moral berupa kekuatan dan kelemahan kurikulum serta upaya untuk mengatasinya dari berbagai pihak yang mensponsori kegiatan pengembangan kurikulum dan yang menjadi konsumen dari kurikulum yang telah dikembangkan.
c.       Penentuan tindak lanjut hasil pengembangan
Tindak lanjut hasil pengembangan kurikulum dapat berbentuk jawaban.
C.Model  Evaluasi Kurikulum
1.      Measurement
Evaluasi pada dasarnya adalah pengukuran perilaku siswa untuk mengungkapkan perbedaan individual maupun kelompok.Hasil evaluasi digunakan untuk keperluan seleksi siswa, bimbingan pendidikan dan perbandingan efektivitas antara dua atau lebih program/ metode pendidikan.Objek evaluasi dititik beratkan pada hasil belajar dalam aspek kognitif dan diukur dengan alat evaluasi yang objektif dan dapat dibakukan.
Pendekatan/ cara-cara yang ditempuh dalam kegiatan evaluasi dengan:
a.       Menempatkan ‘kedudukan’ setiap siswa dalam kelompoknya melalui pengembangan norma kelompok dalam evaluasi hasil belajar.
b.      Membandingkan hasil belajar antara dua atau lebih kelompok yang menggunakan program/ metode pengajaran yang berbeda-beda, melalui analisis secara kuantitatif.
c.       Teknik evaluasi yang digunakan terutama tes yang berbentuk objektif, yang terus dikembangkan untuk menghasilkan alat evaluasi yang valid.

2.      Congruence
Evaluasi pada dasarnya merupakan pemeriksaan kesesuaian atau congruence antara tujuan pendidikan dan hasil belajar yang dicapai, untuk melihat sejauh mana perubahan hasil pendidikan telah terjadi. Hasil evaluasi diperlukan dalam rangka penyempurnaan program, bimbingan pendidikan dan pemberian informasi kepada pihak-pihak di luar pendidikan. Objek evaluasi dititikberatkan pada hasil belajar dalam bentuk kognitif, psikomotorik, maupun nilai dan sikap.
Dalam kegiatan evaluasi, cenderung ditempuh pendekatan/ cara-cara berikut.
a.       Menggunakan prosedur pre- and post- assessment dengan menempuh langkah-langkah pokok sebagai berikut: penegasan tujuan, pengembangan alat evaluasi, dan penggunaan hasil evaluasi.
b.      Analisis hasil evaluasi dilakukan secara bagian demi bagian.
c.       Teknik evaluasi mencakup tes dan teknik-teknik evaluasi lainnya yang cocok untuk menilai berbagai jenis perilaku yang terkandung dalam tujuan.
d.      Kurang menyetujui diadakannya evaluasi perbandingan antara dua atau lebih program.

3.Illumination

Evaluasi pada dasarnya merupakan studi mengenai: pelaksanaan program, pengaruh faktor lingkungan, kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kelemahan program serta pengaruh program terhadap perkembangan hasil belajar. Evaluasi lebih didasarkan pada judgement (pertimbangan) yang hasilnya diperlukan untuk menyempurnakan program.Objek evaluasi mencakup latar belakang dan perkembangan program, proses pelaksanaan, hasil belajar dan kesulitan-kesulitan yang dialami.Jenis data yang dikumpulkan berupa data subjektif (judgement data). Dalam kegiatan evaluasi, cenderung ditempuh pendekatan cara-cara berikut.
a.Menggunakan prosedur yang disebut progressive focusing dengan langkah-langkah pokok: orientasi, pengamatan yang lebih terarah, analisis sebab-akibat.
b.  Bersifat kualitatif-terbuka, dan fleksibel-eklektif.
c.Teknik evaluasi mencakup observasi, wawancara, angket, analisis dokumen dan bila perlu mencakup pula tes.

4.      Educational System Evaluation
Evaluasi pada dasarnya adalah perbandingan antara performance setiap dimensi program dan kriteria, yang akan berakhir dengan suatu deskripsi dan judgement. Hasil evaluasi diperlukan untuk penyempurnaan program dan penyimpulan hasil program secara keseluruhan. Objek evaluasi mencakup input (bahan, rencana, peralatan), proses, dan hasil yang dicapai dalam arti yang lebih luas.Jenis data yang dikumpulkan berupa data objektif dan subjektif (judgement data).
Cara-cara/ pendekatan yang ditempuh dalam kegiatan evaluasi yaitu dengan:
a.    Membandingkan performance setiap dimensi program dengan kriteria internal.
b.   Membandingkan performance program dengan menggunakan kriteria eksternal yaitu performance program yang lain.
c.  Teknik evaluasi mencakup tes, observasi, wawancara, angket, dan analisis dokumen.

5. Model CIPP (Context, Input, Process, dan Product)

   
Model CIPP (Context, Input, Process dan Product) yang bertitik tolak pada pandangan bahwa keberhasilan program pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti: karakteristik peserta didik dan lingkungan, tujuan program dan peralatan yang digunakan, prosedur dan mekanisme pelaksanaan program itusendiri. Evaluasi model ini bermaksud membandingkan kinerja (performance) dari berbagai dimensi program dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk akhirnya sampai pada deskripsi dan judgment mengenai kekuatan dan kelemahan program yang dievaluasi.
Model ini kembangkan oleh Stufflebeam (1972) menggolongkan program pendidikan atas empat dimensi, yaitu :
1. Context : yaitu situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan     strategi pendidikan yang akan dikembangkan dalam program yang bersangkutan.
2. Input : bahan, peralatan, fasilitas yang disiapkan untuk keperluan pendidikan.
3. Process : pelaksanaan nyata dari program pendidikan.
4. Product : keseluruhan hasil yang dicapai oleh program pendidikan.

D.Tinjauan Masing-Masing Model
1.        Measurement

Konsep measurement menekankan pentingnya objektivitas dalam proses evaluasi yang dijadikan landasan dalam mengembangkan konsep dan sistem evaluasi kurikulum. Di samping itu, pendekatan yang digunakan oleh konsep ini masih sangat besar pengaruhnya dan dirasakan faedahnya dalam berbagai kegiatan pendidikan, seperti seleksi dan klasifikasi siswa, pemberian nilai di sekolah, dan kegiatan penelitian pendidikan. Kelemahan konsep ini terletak pada penekanannya yang berlebih-lebihan pada aspek pengukuran dalam kegiatan evaluasi pendidikan. Aspek pengukuran memang diperlukan dalam proses evaluasi, tapi tidak dimaksudkan untuk menggantikan proses evaluasi itu sendiri: “Measurement is not evaluation, but it can provide useful data for evaluation.” Dalam evaluasi hasil belajar, misalnya kita tidak dapat mengelakkan penggunaan alat pengukuran hasil belajar untuk menghasilkan data yang diperlukan dalam pemberian judgement selanjutnya mengenai hasil belajar yang telah dicapai.
Konsekuensinya, evaluasi cenderung dibatasi pada dimensi tertentu dari program pendidikan yang ‘dapat diukur’, terutama hasil belajar yang bersifat kognitif. Hasil belajar yang bersifat kognitif bukanlah merupakan satu-satunya indikator bagi keberhasilan kurikulum. Sebagai wahana untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan, kurikulum diharapkan dapat mengembangkan berbagai potensi yang ada pada diri siswa, tidak terbatas hanya pada potensi di bidang kognitif. Di samping itu, peranan evaluasi yang diharapkan akan dapat memberikan input bagi penyempurnaan program dalam setiap tahap, menjadi kurang dapat terpenuhi dengan dibatasinya evaluasi pada pengukuran hasil belajar saja, apalagi hanya ditekankan pada bidang kognitif.

2.        Congruence

Konsep congruence memperlihatkan adanya “high degree of integration with the instructional process”. Dengan mengkaji efektivitas kurikulum dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, akan memberikan balikan kepada pengembang kurikulum tentang tujuan-tujuan mana yang sudah dan yang belum dicapai. Hasil evaluasi yang diperoleh tidak bersifat relatif karena selalu dihubungkan dengan tujuan yang hendak dicapai sebagai kriteria perbandingan.
Kelemahan dari konsep ini terletak pada ruang lingkup evaluasinya. Sekalipun tujuan evaluasi diarahkan pada kepentingan penyempurnaan program kurikulum, tapi konsep ini tidak menjadikan input dari proses pelaksanaan sebagai objek langsung evaluasi. Yang dijadikan perhatian oleh konsep ini adalah hubungan antara tujuan dan hasil belajar. Faktor-faktor penting yang terdapat diantara tujuan dan hasil yang dicapai kurang mendapat perhatian, padahal dimensi yang perlu disempurnakan yaitu input dan proses belajar-mengajar, yang keseluruhannya akan menciptakan suatu tipe pengalaman belajar tertentu. Pelaksanaan evaluasi dari konsep ini terjadi pada saat kurikulum sudah selesai dilaksanakan, dengan jalan membandingkan antara hasil pretest dan posttest.
Sebagai akibatnya informasi yang dihasilkan hanya dapat menjawab pertanyaan tentang tujuan-tujuan mana yang telah dan yang belum dapat dicapai. Pertanyaan tentang mengapa tujuan-tujuan tertentu belum dapat dicapai, sukar untuk dapat dijawab melalui informasi perbedan pretest dan posttest. Jadi pendekatannya menghasilkan suatu teknik evaluasi yang sifatnya terminal/ postfacto yang membantu pengembang kurikulum dalam menentukan bagian-bagian mana dari program yang masih lemah, tapi kurang membantu di dalam mencari jawaban tentang segi-segi apanya yang masih lemah dan bagaimana kemungkinan mengatasi kelemahan tersebut. Namun konsep ini telah memberikan sumbangan yang sangat besar bagi perkembangan konsep evaluasi kurikulum, khususnya dalam usaha:
a.         Menghubungkan hasil belajar dengan tujuan-tujuan pendidikan sebagai kriteria perbandingan; dan
b.        Memperkenalkan sistem pengolahan hasil evaluasi secara bagian demi bagian, yang ternyata lebih relevan dengan kebutuhan pengembangan kurikulum.

3.        Illumination

Konsep illumination menekankan pentingnya dilakukan evaluasi yang berkelanjutan selama proses pelaksanaan kurikulum sedang berlangsung. Gagasan yang terkandung di dalam konsep ini memang penting dan menunjang proses penyempurnaan kurikulum, karena pihak pengembang kurikulum akan memperoleh informasi yang cukup terintegrasi sebagai dasar untuk mengoreksi dan menyempurnakan kurikulum yang sedang dikembangkan. Di samping itu, jarak antara pengumpulan data dan laporan hasil evaluasi cukup pendek sehingga informasi yang dihasilkan dapat digunakan pada waktunya.
Kelemahan konsep ini terletak pada teknik pelaksanaannya. Pertama, kegiatan evaluasi tidak didahului oleh adanya perumusan kriteria yang jelas sebagai dasar bagi pelaksanaan dan penyimpulan hasil evaluasi. Ini dapat mengakibatkan bahwa sejumlah segi-segi yang penting kurang mendapat perhatian, karena evaluator hanyut dalam mengamati segi-segi tertentu yang menarik perhatiannya. Kedua, objektivitas dari evaluasi yang dilakukan perlu dipersoalkan. Persoalan objektivitas evaluasi inilah yang justru dipandang sebagai salah satu kelemahan yang penting dari konsep ini. Di samping konsep ini lebih menitikberatkan penggunaan judgement dalam proses evaluasi, juga terdapat adanya kecenderungan untuk menggunakan alat evaluasi yang ‘terbuka’ dalam arti kurang spesifik/ berstruktur. Di samping kedua kelemahan di atas, konsep ini juga tidak menekankan pentingnya evaluasi terhadap bahan-bahan kurikulum selama bahan-bahan tersebut disusun dalam tahap perencanaan. Dengan kata lain, evaluasi yang diajukan oleh konsep ini lebih berorientasi pada proses dan hasil yang dicapai oleh kurikulum yang bersangkutan.
4.        Educational System Evaluation

Ditinjau dari segi hakikat dan ruang lingkup evaluasi, konsep ini memperlihatkan banyak segi-segi yang positif untuk kepentingan proses pengembangan kurikulum. Ditekankannya peranan kriteria (absolut maupun relatif) dalam proses evaluasi sangat penting artinya dalam memberikan ciri-ciri khas bagi kegiatan evaluasi. Tanpa kriteria kita tidak akan dapat menghasilkan suatu informasi yang menunjukkan ada tidaknya kesenjangan (discrepancy), sedangkan informasi semacam inilah yang diharapkan dari hasil evaluasi. Sehubungan dengan ruang lingkup evaluasi, konsep ini mengemukakan perlunya evaluasi itu dilakukan terhadap berbagaai dimensi program, tidak hanya hasil yang dicapai, tapi juga input dan proses yang dilakukan tahap demi tahap. In penting sekali agar penyempurnaan kurikulum dapat dilakukan pada setiap tahap sehingga kelemahan yang masih terlihat pada suatu tahap tertentu tidak sampai dibawa ke tahap berikutnya.
Suatu bagian dari konsep ini yang kiranya dapat dipandang sebagai kelemahan adalah mengenai pandangannya tentang evaluasi untuk menyimpulkan kebaikan program secara menyeluruh. Ada dua persoalan yang perlu mendapatkan penegasan dari konsep ini, yang pertama menyangkut segi teknis dan yang kedua menyangkut segi strategis. Persoalan teknis berkenaan dengan prosedur yang ditempuh dalam membandingkan hasil antara kurikulum yang baru dan kurikulum yang ada. Pengalaman-pengalaman yang lalu menunjukkan bahwa studi perbandingan semacam ini pada umumnya berakhir dengan kesimpulan ‘tidak adanya perbedaan yang berarti.’
Persoalan strategis menyangkut persoalan ‘nasib’ dari kurikulum yang baru tersebut bila hasil perbandingan yang dilakukan menunjukkan ‘perbedan yang tidak berarti.’ Bila hal itu terjadi, apakah kita aka ‘menarik kembali’ kurikulum yang baru tersebut untuk kembali ke kurikulum yang ada ataukah mengembangkan kurikulum baru yang lain lagi? Bagaimanakah hal ini dapat dipertanggungjawabkan dari segi biaya yang telah dikeluarkan maupun dari segi siswa-siswa yang telah menggunakan kurikulum baru tersebut selama bertahun-tahun? Kedua persoalan di atas itulah yang terdapat dan belum dapat dibahas secara tuntas di dalam konsep ini. Secara keseluruhan, konsep educational system evaluation ini relevan dengan peranan evaluasi di dalam proses pengembangan kurikulum dan dapat mengatasi kelemahan-kelemahan yang terkandung di dalam konsep-konsep yang terdahulu.
5.        Model CIPP

Model ini dikembangkan oleh sebuah tim yang diketuai oleh Stufflebeam. Sehingga sesuai dengan namanya, model CIPP ini memiliki 4 jenis evaluasi yaitu: evaluasi Context (konteks), Input (masukan), Process (proses), dan Product (hasil). Adapun tugas evaluator dari keempat jenis evaluasi tersebut adalah sebagai berikut:
1.        Evaluasi Context (Context of the programme)
Tujuan utama dari evaluasi context adalah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan evaluan. Evaluator mengidentifikasi berbagai factor guru, peserta didik, manajemen, fasilitas kerja, suasana kerja, peraturan, peran komite sekolah, masyarakat dan factor lain yang mungkin berpengaruh terhadap kurikulum.

2.          Evaluasi Input (Input into the programme)
Evaluasi ini penting karena untuk pemberian pertimbangan terhadap keberhasilan pelaksnaan kurikulum. Evaluator menentukan tingkat kemanfaatan berbagai factor yang dikaji dalam konteks pelaksanaan kurikulum. Pertimbangan mengenai ini menjadi dasar bagi evaluator untuk menentukan apakah perlu ada revisi atau pergantian kurikulum.


3.        Process (Process within the programme)
Evaluasi proses adalah evaluasi mengenai pelaksanaan dari suatu inovasi kurikulum. Evaluator mengumpulkan berbagai informasi mengenai keterlaksanaan implementasi kurikulum, berbagai kekuatan dan kelemahan proses implementasi. Evaluator harus merekam berbagai pengaruh variable input terhadap proses.

4.        Product (Product of the programme)
Adapun tujuan utama dari evaluasi hasil adalah untuk menentukan sejauh mana kurikulum yang diimplementasikan tersebut telah dapat memenuhi kebutuhan kelompok yang menggunakannya. Evaluator mengumpulkan berbagai macam informasi mengenai hasil belajar, membandingkannya dengan standard dan mengambil keputusan mengenai status kurikulum (direvisi, diganti atau dilanjutkan).

Model CIPP (Context, Input, Process dan Product) yang bertitik tolak pada pandangan bahwa keberhasilan program pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti: karakteristik peserta didik dan lingkungan, tujuan program dan peralatan yang digunakan, prosedur dan mekanisme pelaksanaan program itu sendiri. Evaluasi model ini bermaksud membandingkan kinerja (performance) dari berbagai dimensi program dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk akhirnya sampai pada deskripsi dan judgment mengenai kekuatan dan kelemahan program yang dievaluasi. Model ini kembangkan oleh Stufflebeam (1972) menggolongkan program pendidikan atas empat dimensi tersebut di atas.

            Berdasarkan klasifikasi tersebut, model CIPP ini erat sekali dengan proses pembuatan keputusan untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam sebuah kurikulum. Setidaknya ada empat dasar yang dijadikan dalam pondamen dalam pembuatan keputusan, yaitu:
1.        Intended Ends(goals)
2.        Intended means(procedural designs)
3.        Actual means (procedures in use)
4.        Actual ends (attainments)

Ada beberapa point inti yang menjadi rekomendasi dalam Evaluasi Model CIPP ini, sebagai berikut:
a.         Oberserver dan informant yang bersifat multi;
b.        pengolahan informasi yang ada;
c.         prosedur multi dalam mengumpulkan data, melakukan chross-check antara kualitatif dan kuantitatif;
d.        review bebas dari stakeholders dan kelompok luar;
e.         umpan balik dari stakeholders.

Kelebihan dan Kelemahan Model CIPP

Seperti layaknya suatu pendekatan dalam ilmu social, cipp memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan :
1. Keunggulan model cipp
Cipp memiliki pendekatan yang holistik dalam evaluasi, bertujuan memberikan gambaran yang sangat detail dan luas terhadap suatu proyek, mulai dari konteksnya hingga saat proses implementasi.
Cipp memiliki potensi untuk bergerak di wilayah evaluasiformative dan summative. Sehingga sama baiknya dalam membantu melakukan perbaikan selama program berjalan, maupun memberikan informasi final.
2. Kelemahan model cipp
Terlalu mementingkan bagaimana proses seharusnya daripada kenyataan di lapangan
Kesannya terlalu top down dengan sifat manajerial dalam pendekatannya
Cenderung fokus pada rational management ketimbang mengakui kompleksitas realitas empiris.

E.Model yang Disarankan
           
            Ketepatan suatu model tak dapat dilepaskan dari tujuan yang ingin di capaidari kegiatan evaluasi yang kita adakan.Untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh tentang kurikulum yang sedang dikembangkan,model Educational system evaluation,tampaknya merupakan model yang paling tepat.Kelemahan masing-masing model yang lain dapat dapat ditanggulangi oleh model yang keempat ini.Untuk mencapai tujuan evaluasi yang bersifat khusus,ketiga model yang lain pun masih dapat memberikan sumbangan:
a.Untuk keperluan seleksi dan klasifikasi siswa serta serta membandingkan efektifitas kurikulum yang baru dengan kurikulum yang ada menggunakan measurement.
b.Untuk mengkaji efektifitas pembelajaran yang telah dilakukan dan untuk menetapkan tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan pembelajaran,model congruence tergolong ampuh untuk digunakan.Sedangkan model illumination digunakan untuk memperoleh gambaran yang lebih mendalam tentang proses pelaksanaan kurikulum beserta faktor-faktor yang memengaruhinya.

BAB IV
            PENUTUP
A.           Simpulan
1.  Evaluasi kurikulum merupakan suatu tema yang luas, meliputi banyak kegiatan, meliputi
     sejumlah prosedur, bahkan dapat merupakan suatu lapangan studi yang berdiri sendiri.
2. Model-model evaluasi kurikulum berdasarkan perkembangan evaluasi di Amerika,
   Inggris dan Australia dibedakan menjadi:
.a.    Model Kuantitatif. Meliputi model Black Box Tyler, Model Teoritik Taylor dan
        Maguire, Model Pendekatan Sistem Alkin, Model Countenance Stake, Model
       CIPP
b.    Model Ekonomi
c.    Model Kualitatif. Meliputi model studi kasus dan model iluminatif.
       Adapun evaluasi kurikulum sebagai fenomena sejarah merupakan suatu elemen
       dalam proses social yang digubungkan dengan perkembangan pendidikan,
                   meliputi tiga model evaluasi, yaitu:
a.    Evaluasi model penelitian
b.    Evaluasi model objektif
c.    Evaluasi model campuran multivariasi
B.            Saran
Melihat pentingnya evaluasi kurikulum maka kami menyarankan kepada evaluator untuk memahami benar teori-teori evaluasi kurikulum serta teori kurikulum yang sedang dijalankan oleh satuan pendidikan. Sehingga evaluasi kurikulum tersebut bermanfaat sebagaimana tujuan dari evaluasi kurikulum itu sendiri.



Daftar Pustaka





1 comments:

  1. trimakasih atas infonya...
    minta izin copas buat tugas ya... sukses selalu...

    ReplyDelete