disusun untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Kurikulum Pembelajaran
Dosen Pengampuh
Disusun oleh :
Kelompok IX
Feridi ()
Muhammad Bukhori ()
Raka Dwi Aprian (1205990)
Puji Astuti (1206014)
Vety Komala Sari (1205992)
BANDUNG
Abstrak
Makalah ini menjelaskan tentang
evaluasi kurikulum di kurikulum dan pembelajaran dengan semua masalah secara
tertulis. Tujuan dari makalah ini adalah untuk
mengkaji dan mengetahui apa pengertian dari Evaluasi Kurikulum.
1. Pengertian Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum merupakan
suatu proses evaluasi terhadap kurikulum secara keseluruhan baik yang bersifat
makro atau ruang lingkup yang laus (ideal
curriculum) maupun lingkup mikro (actual
curriculum) dalam bentuk pembelajaran.
2. Tinjauan Evaluasi Kurikulum
a. Perbaikkan Program
b. Pertanggungjawaban kepada
berbagai pihak
c. Penentuan tindak lanjut hasil
pengembangan
3. Manfaat Evaluasi Kurikulum
4. Tujuan Evaluasi Kurikulum
a. Untuk Memperbaiki Program
b. Pertanggungjawaban kepada Berbagai Pihak
c. Penentuan Tindak Lanjut Hasil Pengembangan
d. Suatu prosedur program testing.
e. Pedoman prosedur penulisan.
f . Materi dan alat pengajaran.
g. Kegiatan guru dalam kelas.
h. Kegiatan murid dalam kelas.
i. Prosedur pengelolaan kelas.
d. Suatu prosedur program testing.
e. Pedoman prosedur penulisan.
f . Materi dan alat pengajaran.
g. Kegiatan guru dalam kelas.
h. Kegiatan murid dalam kelas.
i. Prosedur pengelolaan kelas.
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam karena atas izin
dan kehendakNya jualah makalah sederhana ini dapat kami rampungkan tepat pada
waktunya.
Penulisan
dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kurikulum dan Pembelajaran. Adapun yang kami
bahas dalam makalah mengenai Evaluasi Pembelajaran. Selain itu
tujuan dari penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang
pengetahuan Evaluasi Kurikulum
sehingga kita dapat mengevaluasi
kurikulum yang ada
.Saya
juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak. selaku
dosen Kurikulum dan Pembelajaran
yang telah membimbing kami agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati, saya menerima kritik dan saran agar
penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik dan mohon maaf atas segala
kesalahan dan kekurangan dari makalah ini .Untuk itu saya mengucapkan banyak
terimakasih dan semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca
Bandung, 11 Oktober 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Definisi
dari Evaluasi Kurikulum Menurut Oliva (1983) Evaluasi adalah alat untuk
menentukan keputusan apa yang perlu dikembangkan dan untuk menentukan keputusan
apa yang perlu dikembangkan dan untuk memberikan dasar efek-efek yang
berkembang.Sedangkan menurut Hamid Hasan (1988 : 13) Evaluasi adalah suatu
proses pemberian pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang
dipertimbangkan.Kurikulum itu sendiri merupakan bagian dari lingkup yang
luas.Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
Kurikulum memiliki dimensi yang
luas karena mencakup banyak hal.Aspek-aspek kegiatan kurikulum dimulai dari
perencanaan, pengembangan komponen, implementasi serta hasil belajar dianggap
sebagai ruang lingkup kajian evaluasi kurikulum.
Evaluasi untuk program
pelaksanaan pengembangan kurikulum di tingkat sekolah memerlukan indikator
keberhasilan sebagai tolak ukur pencapaian pelaksanaan kurikulum. Indikator
keverhasilan kurikulum mencakup : (1) Indikator keberhasilan sosialisasi
kurikulum, (2) Indikator keberhasilan penyusunan silabus, (3) Indikator
keberhasilan penyusunan program tahunan dan semester, (4) Indikator
keberhasilan penyusunan rencana pembelajaran, (5) Indikator keberhasilan
penyusunan bahan ajar, (6) Indikator keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar.
B.Rumusan Masalah
1.Apa pengertian Evaluasi Kurikulum ?
2.Apa tujuan Evaluasi Kurikulum ?
3.Apa saja Model Evaluasi
Kurikulum ?
C.Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengkaji dan mengetahui apa
pengertian dari Evaluasi Kurikulum dan tujuan
dari evaluasi kurikulum.
2. Untuk mengetahui apa sajakah
model-model dari Evalausi Kurikulum
D.Manfaat Penulisan Makalah
Manfaat yang diharapkan setelah penulisan makalah
ini adalah :
1. Mampu mejelaskan tujuan Evaluasi
Kurikulum
2. Mampu mejelaskan Konsep Evalausi
Kurikulum
3. Dan mampu megaplikasikannya
4. Untuk memperbaiki program
5. Penentuan tindak lanjut hasil
pengembangan
E.Prosedur Penulisan Makalah
Dalam
pembuatan makalah ini, penulis membuat makalah terdiri dari :
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
B.
Rumusan dan Batasan Masalah
C.
Tujuan Penulisan Makalah
D.
Manfaat Penulisan Makalah
BAB
II LANDASAN TEORI
BAB
III HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB
IV PENUTUP
A.
Simpulan
B.
Saran
BAB II
Landasan Teoritis/Kajian Pustaka
A.Pengantar
Pembahasan mengenai evaluasi
kurikulum tidak terlepas dari beberapa istilah yang senada bahkan sering
dipertukarkan maknanya , yaitu evaluasi, penilaian, pengukuran dan tes.Melihat
dari padanan kata, evaluasi berasal dari bahasa inggris yakni “evaluation” sedangkan penilain disebut
juga “assessment”, pengukuran adalah
“measurement” sedangkan tes dalam bahasa inggri disebut “test”.
Keterkaitan antara evaluasi dan pengukuran
adalah terdapat beberapa ukuran yang terstandar seperti meter, kilogram,
takaran dan lain-lain.
Definisi dari Evaluasi Kurikulum
Menurut Oliva (1983) Evaluasi adalah alat untuk menentukan keputusan apa yang
perlu dikembangkan dan untuk menentukan keputusan apa yang perlu dikembangkan
dan untuk memberikan dasar efek-efek yang berkembang.Sedangkan menurut Hamid
Hasan (1988 : 13) Evaluasi adalah suatu proses pemberian pertimbangan mengenai
nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangkan.Kurikulum itu sendiri merupakan
bagian dari lingkup yang luas.Kurikulum merupakan alat untuk mencapai
tujuan-tujuan pendidikan.
1.Tyler (1949) evaluasi kurikulum adalah upaya untuk menentukan tingkat perubahan yang
terjadi pada hasil belajar (behavior).
2.Orint (1993) evaluasi kurikulum yaitu memberikan pertimbangan berdasarkan kriteria yang disepakati dan data yang diperoleh di lapangan.
3.Cronbach (1980) evaluasi kurikulum yaitu proses pemeriksaan sitematis terhadap peristiwa yang terjadi pada waktu suatu kurikulum dilaksanakan dan akibat dari pelaksanaan kurikulum tersebut.
4.Meyer (1989) evaluasi kurikulum sebagai suatu usaha untuk memahami apa yang terjadi dalam pelaksanaan dan dampak dari kurikulum.
Jadi, evaluasi kurikulum
merupakan suatu proses evaluasi terhadap kurikulum secara keseluruhan baik yang
bersifat makro atau ruang lingkup yang laus (ideal curriculum) maupun lingkup mikro (actual curriculum) dalam bentuk pembelajaran.
BAB III
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Evaluasi Kurikulum
Kurikulum merupakan bagian
dari pendidikan dalam lingkup yang luas.Kurikulum merupakan alat untuk mencapai
tujuan-tujuan pendidikan.Mengevaluasi keberhasilan sebuah pendidikan berarti
juga mengevaluasi kurikulumnya.Hal ini berarti evaluasi kurikulum merupakan
bagian dari evaluasi pendidikan,yang memusatkan perhatiannyapada
program-program untuk peserta didik.Hasil evaluasi kurikulum bermanfaat bagi
penentu kebijakan dalam menentukan keputusan untuk melakukan perbaikan ataupun
perubahan kurikulum.
Evaluasi merupakan bagian
penting dalam proses pengembangan kurikulum,baik dalam pembuatan kurikulum
baru,memperbaiki kurikulum yang ada atau menyempurnakannya.
Evaluasi kurikulum
merupakan suatu proses evaluasi terhadap kurikulum secara keseluruhan baik yang
bersifat makro atau ruang lingkup yang luas (ideal curriculum) maupun lingkup
mikro (actual curriculum) dalam bentuk pembelajaran.Evaluasi pelaksanaan
kurikulum tidak hanya mengevaluasi hasil belajar peserta didik dan proses pembelajarannya,tetapi juga rancangan
dan pelaksanaan kurikulum,kemampuan dan kemajuan siswa ,sarana dan
prasarana,serta sumber belajarnya.Hasil kurikulum dapat digunakan sebagai
penentu kebijakan pendidikan pada tingkat pusat,daerah dan sekolah untuk
memperbaiki kekurangan yang ada dan meningkatkan hasil yang optimal.
B.Tujuan
Evaluasi Kurikulum
Dalam arti luas evaluasi kurikulum dimaksudkan untukmemeriksa kinerja kurikulum
secara keseluruhan ditinjau dari beberapa aspek yaitu efektivitas, relevansi, efisiensi, dan kelayakan (feasibility) program. Evaluasi dalam pengembangan
kurikulum dimaksudkan untuk keperluan:
a. Perbaikan program
Evaluasi bersifat konstruktif karena informasi hasil evaluasi dijadikan input bagi perbaikan pengembangan program kurikulum.
b. Pertanggung jawaban
kepada berbagai pihak
Pada fase pengembangan kurikulum diperlukan pertanggung jawaban sosial, ekonomi, dan moral berupa kekuatan dan kelemahan kurikulum serta upaya untuk mengatasinya dari berbagai pihak yang mensponsori kegiatan pengembangan kurikulum dan yang menjadi konsumen dari kurikulum yang telah dikembangkan.
Pada fase pengembangan kurikulum diperlukan pertanggung jawaban sosial, ekonomi, dan moral berupa kekuatan dan kelemahan kurikulum serta upaya untuk mengatasinya dari berbagai pihak yang mensponsori kegiatan pengembangan kurikulum dan yang menjadi konsumen dari kurikulum yang telah dikembangkan.
c. Penentuan
tindak lanjut hasil pengembangan
Tindak lanjut hasil pengembangan kurikulum dapat berbentuk jawaban.
Tindak lanjut hasil pengembangan kurikulum dapat berbentuk jawaban.
C.Model Evaluasi Kurikulum
1.
Measurement
Evaluasi pada dasarnya adalah pengukuran perilaku siswa untuk mengungkapkan perbedaan individual maupun kelompok.Hasil evaluasi digunakan untuk keperluan seleksi siswa,
bimbingan pendidikan dan perbandingan efektivitas antara dua atau lebih
program/ metode pendidikan.Objek evaluasi dititik beratkan pada hasil belajar dalam aspek kognitif dan diukur dengan alat evaluasi
yang objektif dan dapat dibakukan.
Pendekatan/ cara-cara yang
ditempuh dalam kegiatan evaluasi dengan:
a.
Menempatkan ‘kedudukan’ setiap siswa dalam kelompoknya melalui pengembangan norma kelompok dalam evaluasi hasil belajar.
b.
Membandingkan hasil belajar antara dua atau lebih kelompok yang menggunakan program/
metode pengajaran yang berbeda-beda, melalui analisis secara kuantitatif.
c.
Teknik evaluasi yang digunakan terutama tes yang berbentuk objektif, yang
terus dikembangkan untuk menghasilkan alat evaluasi yang valid.
2.
Congruence
Evaluasi pada dasarnya merupakan pemeriksaan kesesuaian atau congruence antara tujuan pendidikan dan hasil belajar
yang dicapai,
untuk melihat sejauh mana perubahan hasil pendidikan telah terjadi. Hasil evaluasi diperlukan dalam rangka penyempurnaan
program, bimbingan pendidikan dan pemberian informasi kepada pihak-pihak di
luar pendidikan. Objek evaluasi dititikberatkan pada hasil belajar dalam bentuk kognitif,
psikomotorik, maupun nilai dan sikap.
Dalam kegiatan evaluasi,
cenderung ditempuh pendekatan/ cara-cara berikut.
a.
Menggunakan prosedur pre- and post- assessment dengan menempuh langkah-langkah pokok sebagai berikut:
penegasan tujuan, pengembangan alat evaluasi, dan penggunaan hasil evaluasi.
b.
Analisis hasil evaluasi dilakukan secara bagian demi bagian.
c.
Teknik evaluasi mencakup tes dan teknik-teknik evaluasi lainnya yang
cocok untuk menilai berbagai jenis perilaku yang terkandung dalam tujuan.
d.
Kurang menyetujui diadakannya evaluasi perbandingan antara dua atau lebih program.
3.Illumination
Evaluasi pada dasarnya merupakan studi mengenai:
pelaksanaan program, pengaruh faktor lingkungan,
kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kelemahan program serta pengaruh program
terhadap perkembangan hasil belajar. Evaluasi lebih didasarkan pada judgement (pertimbangan) yang hasilnya diperlukan untuk menyempurnakan
program.Objek evaluasi mencakup latar belakang dan perkembangan program, proses
pelaksanaan, hasil belajar dan kesulitan-kesulitan yang dialami.Jenis data yang
dikumpulkan berupa data subjektif (judgement
data). Dalam kegiatan evaluasi,
cenderung ditempuh pendekatan cara-cara berikut.
a.Menggunakan prosedur
yang disebut progressive focusing dengan langkah-langkah pokok:
orientasi, pengamatan yang lebih terarah, analisis sebab-akibat.
b.
Bersifat kualitatif-terbuka, dan fleksibel-eklektif.
c.Teknik evaluasi mencakup observasi,
wawancara, angket, analisis dokumen dan bila perlu mencakup pula tes.
4.
Educational System Evaluation
Evaluasi pada dasarnya adalah perbandingan antara
performance setiap dimensi program dan kriteria, yang akan berakhir dengan suatu deskripsi dan judgement.
Hasil evaluasi diperlukan untuk penyempurnaan program dan penyimpulan hasil program
secara keseluruhan. Objek evaluasi mencakup input (bahan, rencana, peralatan),
proses, dan hasil yang dicapai dalam arti yang lebih luas.Jenis data yang
dikumpulkan berupa data objektif dan subjektif (judgement data).
Cara-cara/
pendekatan yang ditempuh dalam kegiatan evaluasi yaitu dengan:
a.
Membandingkan performance setiap dimensi program dengan kriteria internal.
b. Membandingkan performance program dengan menggunakan kriteria eksternal yaitu
performance program yang lain.
c. Teknik evaluasi mencakup tes, observasi, wawancara, angket, dan analisis dokumen.
5. Model CIPP (Context, Input, Process, dan Product)
Model CIPP (Context, Input, Process dan Product) yang bertitik tolak pada pandangan bahwa keberhasilan program pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti: karakteristik peserta didik dan lingkungan, tujuan program dan peralatan yang digunakan, prosedur dan mekanisme pelaksanaan program itusendiri. Evaluasi model ini bermaksud membandingkan kinerja (performance) dari berbagai dimensi program dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk akhirnya sampai pada deskripsi dan judgment mengenai kekuatan dan kelemahan program yang dievaluasi.
Model ini kembangkan oleh Stufflebeam (1972) menggolongkan program pendidikan atas empat dimensi, yaitu :
1. Context : yaitu situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan strategi pendidikan yang akan dikembangkan dalam program yang bersangkutan.
2. Input : bahan, peralatan, fasilitas yang disiapkan untuk keperluan pendidikan.
3. Process : pelaksanaan nyata dari program pendidikan.
4. Product : keseluruhan hasil yang dicapai oleh program pendidikan.
Model CIPP (Context, Input, Process dan Product) yang bertitik tolak pada pandangan bahwa keberhasilan program pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti: karakteristik peserta didik dan lingkungan, tujuan program dan peralatan yang digunakan, prosedur dan mekanisme pelaksanaan program itusendiri. Evaluasi model ini bermaksud membandingkan kinerja (performance) dari berbagai dimensi program dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk akhirnya sampai pada deskripsi dan judgment mengenai kekuatan dan kelemahan program yang dievaluasi.
Model ini kembangkan oleh Stufflebeam (1972) menggolongkan program pendidikan atas empat dimensi, yaitu :
1. Context : yaitu situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan strategi pendidikan yang akan dikembangkan dalam program yang bersangkutan.
2. Input : bahan, peralatan, fasilitas yang disiapkan untuk keperluan pendidikan.
3. Process : pelaksanaan nyata dari program pendidikan.
4. Product : keseluruhan hasil yang dicapai oleh program pendidikan.
D.Tinjauan Masing-Masing Model
1.
Measurement
Konsep
measurement menekankan pentingnya objektivitas dalam proses evaluasi yang
dijadikan landasan dalam mengembangkan konsep dan sistem evaluasi kurikulum. Di
samping itu, pendekatan yang digunakan oleh konsep ini masih sangat besar
pengaruhnya dan dirasakan faedahnya dalam berbagai kegiatan pendidikan, seperti
seleksi dan klasifikasi siswa, pemberian nilai di sekolah, dan kegiatan
penelitian pendidikan. Kelemahan konsep ini terletak pada penekanannya yang
berlebih-lebihan pada aspek pengukuran dalam kegiatan evaluasi pendidikan.
Aspek pengukuran memang diperlukan dalam proses evaluasi, tapi tidak
dimaksudkan untuk menggantikan proses evaluasi itu sendiri: “Measurement is not
evaluation, but it can provide useful data for evaluation.” Dalam evaluasi hasil
belajar, misalnya kita tidak dapat mengelakkan penggunaan alat pengukuran hasil
belajar untuk menghasilkan data yang diperlukan dalam pemberian judgement
selanjutnya mengenai hasil belajar yang telah dicapai.
Konsekuensinya,
evaluasi cenderung dibatasi pada dimensi tertentu dari program pendidikan yang
‘dapat diukur’, terutama hasil belajar yang bersifat kognitif. Hasil belajar
yang bersifat kognitif bukanlah merupakan satu-satunya indikator bagi
keberhasilan kurikulum. Sebagai wahana untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan,
kurikulum diharapkan dapat mengembangkan berbagai potensi yang ada pada diri
siswa, tidak terbatas hanya pada potensi di bidang kognitif. Di samping itu,
peranan evaluasi yang diharapkan akan dapat memberikan input bagi penyempurnaan
program dalam setiap tahap, menjadi kurang dapat terpenuhi dengan dibatasinya
evaluasi pada pengukuran hasil belajar saja, apalagi hanya ditekankan pada
bidang kognitif.
2.
Congruence
Konsep
congruence memperlihatkan adanya “high degree of integration with the
instructional process”. Dengan mengkaji efektivitas kurikulum dalam mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, akan memberikan balikan kepada pengembang
kurikulum tentang tujuan-tujuan mana yang sudah dan yang belum dicapai. Hasil
evaluasi yang diperoleh tidak bersifat relatif karena selalu dihubungkan dengan
tujuan yang hendak dicapai sebagai kriteria perbandingan.
Kelemahan
dari konsep ini terletak pada ruang lingkup evaluasinya. Sekalipun tujuan
evaluasi diarahkan pada kepentingan penyempurnaan program kurikulum, tapi
konsep ini tidak menjadikan input dari proses pelaksanaan sebagai objek
langsung evaluasi. Yang dijadikan perhatian oleh konsep ini adalah hubungan
antara tujuan dan hasil belajar. Faktor-faktor penting yang terdapat diantara
tujuan dan hasil yang dicapai kurang mendapat perhatian, padahal dimensi yang
perlu disempurnakan yaitu input dan proses belajar-mengajar, yang
keseluruhannya akan menciptakan suatu tipe pengalaman belajar tertentu.
Pelaksanaan evaluasi dari konsep ini terjadi pada saat kurikulum sudah selesai
dilaksanakan, dengan jalan membandingkan antara hasil pretest dan posttest.
Sebagai
akibatnya informasi yang dihasilkan hanya dapat menjawab pertanyaan tentang
tujuan-tujuan mana yang telah dan yang belum dapat dicapai. Pertanyaan tentang
mengapa tujuan-tujuan tertentu belum dapat dicapai, sukar untuk dapat dijawab
melalui informasi perbedan pretest dan posttest. Jadi pendekatannya
menghasilkan suatu teknik evaluasi yang sifatnya terminal/ postfacto yang
membantu pengembang kurikulum dalam menentukan bagian-bagian mana dari program
yang masih lemah, tapi kurang membantu di dalam mencari jawaban tentang
segi-segi apanya yang masih lemah dan bagaimana kemungkinan mengatasi kelemahan
tersebut. Namun konsep ini telah memberikan sumbangan yang sangat besar bagi
perkembangan konsep evaluasi kurikulum, khususnya dalam usaha:
a.
Menghubungkan
hasil belajar dengan tujuan-tujuan pendidikan sebagai kriteria perbandingan;
dan
b.
Memperkenalkan
sistem pengolahan hasil evaluasi secara bagian demi bagian, yang ternyata lebih
relevan dengan kebutuhan pengembangan kurikulum.
3.
Illumination
Konsep
illumination menekankan pentingnya dilakukan evaluasi yang berkelanjutan selama
proses pelaksanaan kurikulum sedang berlangsung. Gagasan yang terkandung di
dalam konsep ini memang penting dan menunjang proses penyempurnaan kurikulum,
karena pihak pengembang kurikulum akan memperoleh informasi yang cukup
terintegrasi sebagai dasar untuk mengoreksi dan menyempurnakan kurikulum yang
sedang dikembangkan. Di samping itu, jarak antara pengumpulan data dan laporan
hasil evaluasi cukup pendek sehingga informasi yang dihasilkan dapat digunakan
pada waktunya.
Kelemahan
konsep ini terletak pada teknik pelaksanaannya. Pertama, kegiatan evaluasi
tidak didahului oleh adanya perumusan kriteria yang jelas sebagai dasar bagi
pelaksanaan dan penyimpulan hasil evaluasi. Ini dapat mengakibatkan bahwa
sejumlah segi-segi yang penting kurang mendapat perhatian, karena evaluator
hanyut dalam mengamati segi-segi tertentu yang menarik perhatiannya. Kedua,
objektivitas dari evaluasi yang dilakukan perlu dipersoalkan. Persoalan
objektivitas evaluasi inilah yang justru dipandang sebagai salah satu kelemahan
yang penting dari konsep ini. Di samping konsep ini lebih menitikberatkan
penggunaan judgement dalam proses evaluasi, juga terdapat adanya kecenderungan
untuk menggunakan alat evaluasi yang ‘terbuka’ dalam arti kurang spesifik/
berstruktur. Di samping kedua kelemahan di atas, konsep ini juga tidak
menekankan pentingnya evaluasi terhadap bahan-bahan kurikulum selama
bahan-bahan tersebut disusun dalam tahap perencanaan. Dengan kata lain,
evaluasi yang diajukan oleh konsep ini lebih berorientasi pada proses dan hasil
yang dicapai oleh kurikulum yang bersangkutan.
4.
Educational System Evaluation
Ditinjau
dari segi hakikat dan ruang lingkup evaluasi, konsep ini memperlihatkan banyak
segi-segi yang positif untuk kepentingan proses pengembangan kurikulum.
Ditekankannya peranan kriteria (absolut maupun relatif) dalam proses evaluasi
sangat penting artinya dalam memberikan ciri-ciri khas bagi kegiatan evaluasi.
Tanpa kriteria kita tidak akan dapat menghasilkan suatu informasi yang
menunjukkan ada tidaknya kesenjangan (discrepancy), sedangkan informasi semacam
inilah yang diharapkan dari hasil evaluasi. Sehubungan dengan ruang lingkup
evaluasi, konsep ini mengemukakan perlunya evaluasi itu dilakukan terhadap
berbagaai dimensi program, tidak hanya hasil yang dicapai, tapi juga input dan
proses yang dilakukan tahap demi tahap. In penting sekali agar penyempurnaan
kurikulum dapat dilakukan pada setiap tahap sehingga kelemahan yang masih
terlihat pada suatu tahap tertentu tidak sampai dibawa ke tahap berikutnya.
Suatu
bagian dari konsep ini yang kiranya dapat dipandang sebagai kelemahan adalah
mengenai pandangannya tentang evaluasi untuk menyimpulkan kebaikan program
secara menyeluruh. Ada dua persoalan yang perlu mendapatkan penegasan dari
konsep ini, yang pertama menyangkut segi teknis dan yang kedua menyangkut segi
strategis. Persoalan teknis berkenaan dengan prosedur yang ditempuh dalam
membandingkan hasil antara kurikulum yang baru dan kurikulum yang ada.
Pengalaman-pengalaman yang lalu menunjukkan bahwa studi perbandingan semacam
ini pada umumnya berakhir dengan kesimpulan ‘tidak adanya perbedaan yang berarti.’
Persoalan
strategis menyangkut persoalan ‘nasib’ dari kurikulum yang baru tersebut bila
hasil perbandingan yang dilakukan menunjukkan ‘perbedan yang tidak berarti.’
Bila hal itu terjadi, apakah kita aka ‘menarik kembali’ kurikulum yang baru
tersebut untuk kembali ke kurikulum yang ada ataukah mengembangkan kurikulum
baru yang lain lagi? Bagaimanakah hal ini dapat dipertanggungjawabkan dari segi
biaya yang telah dikeluarkan maupun dari segi siswa-siswa yang telah
menggunakan kurikulum baru tersebut selama bertahun-tahun? Kedua persoalan di
atas itulah yang terdapat dan belum dapat dibahas secara tuntas di dalam konsep
ini. Secara keseluruhan, konsep educational system evaluation ini relevan
dengan peranan evaluasi di dalam proses pengembangan kurikulum dan dapat
mengatasi kelemahan-kelemahan yang terkandung di dalam konsep-konsep yang
terdahulu.
5.
Model CIPP
Model
ini dikembangkan oleh sebuah tim yang diketuai oleh Stufflebeam. Sehingga
sesuai dengan namanya, model CIPP ini memiliki 4 jenis evaluasi yaitu: evaluasi
Context (konteks), Input (masukan), Process (proses), dan Product (hasil).
Adapun tugas evaluator dari keempat jenis evaluasi tersebut adalah sebagai
berikut:
1.
Evaluasi
Context (Context of the programme)
Tujuan utama dari evaluasi context adalah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan evaluan. Evaluator mengidentifikasi berbagai factor guru, peserta didik, manajemen, fasilitas kerja, suasana kerja, peraturan, peran komite sekolah, masyarakat dan factor lain yang mungkin berpengaruh terhadap kurikulum.
Tujuan utama dari evaluasi context adalah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan evaluan. Evaluator mengidentifikasi berbagai factor guru, peserta didik, manajemen, fasilitas kerja, suasana kerja, peraturan, peran komite sekolah, masyarakat dan factor lain yang mungkin berpengaruh terhadap kurikulum.
2.
Evaluasi
Input (Input into the programme)
Evaluasi ini penting karena untuk pemberian pertimbangan terhadap keberhasilan pelaksnaan kurikulum. Evaluator menentukan tingkat kemanfaatan berbagai factor yang dikaji dalam konteks pelaksanaan kurikulum. Pertimbangan mengenai ini menjadi dasar bagi evaluator untuk menentukan apakah perlu ada revisi atau pergantian kurikulum.
Evaluasi ini penting karena untuk pemberian pertimbangan terhadap keberhasilan pelaksnaan kurikulum. Evaluator menentukan tingkat kemanfaatan berbagai factor yang dikaji dalam konteks pelaksanaan kurikulum. Pertimbangan mengenai ini menjadi dasar bagi evaluator untuk menentukan apakah perlu ada revisi atau pergantian kurikulum.
3.
Process
(Process within the programme)
Evaluasi proses adalah evaluasi mengenai pelaksanaan dari suatu inovasi kurikulum. Evaluator mengumpulkan berbagai informasi mengenai keterlaksanaan implementasi kurikulum, berbagai kekuatan dan kelemahan proses implementasi. Evaluator harus merekam berbagai pengaruh variable input terhadap proses.
Evaluasi proses adalah evaluasi mengenai pelaksanaan dari suatu inovasi kurikulum. Evaluator mengumpulkan berbagai informasi mengenai keterlaksanaan implementasi kurikulum, berbagai kekuatan dan kelemahan proses implementasi. Evaluator harus merekam berbagai pengaruh variable input terhadap proses.
4.
Product
(Product of the programme)
Adapun tujuan utama dari evaluasi hasil adalah untuk menentukan sejauh mana kurikulum yang diimplementasikan tersebut telah dapat memenuhi kebutuhan kelompok yang menggunakannya. Evaluator mengumpulkan berbagai macam informasi mengenai hasil belajar, membandingkannya dengan standard dan mengambil keputusan mengenai status kurikulum (direvisi, diganti atau dilanjutkan).
Adapun tujuan utama dari evaluasi hasil adalah untuk menentukan sejauh mana kurikulum yang diimplementasikan tersebut telah dapat memenuhi kebutuhan kelompok yang menggunakannya. Evaluator mengumpulkan berbagai macam informasi mengenai hasil belajar, membandingkannya dengan standard dan mengambil keputusan mengenai status kurikulum (direvisi, diganti atau dilanjutkan).
Model
CIPP (Context, Input, Process dan Product) yang bertitik tolak pada pandangan
bahwa keberhasilan program pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor,
seperti: karakteristik peserta didik dan lingkungan, tujuan program dan
peralatan yang digunakan, prosedur dan mekanisme pelaksanaan program itu
sendiri. Evaluasi model ini bermaksud membandingkan kinerja (performance) dari
berbagai dimensi program dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk akhirnya
sampai pada deskripsi dan judgment mengenai kekuatan dan kelemahan program yang
dievaluasi. Model ini kembangkan oleh Stufflebeam (1972) menggolongkan program
pendidikan atas empat dimensi tersebut di atas.
Berdasarkan klasifikasi tersebut, model CIPP ini erat sekali dengan proses pembuatan keputusan untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam sebuah kurikulum. Setidaknya ada empat dasar yang dijadikan dalam pondamen dalam pembuatan keputusan, yaitu:
1.
Intended
Ends(goals)
2.
Intended
means(procedural designs)
3.
Actual
means (procedures in use)
4.
Actual
ends (attainments)
Ada beberapa point inti yang menjadi rekomendasi dalam Evaluasi Model CIPP ini, sebagai berikut:
a.
Oberserver
dan informant yang bersifat multi;
b.
pengolahan
informasi yang ada;
c.
prosedur
multi dalam mengumpulkan data, melakukan chross-check antara kualitatif dan
kuantitatif;
d.
review
bebas dari stakeholders dan kelompok luar;
e.
umpan
balik dari stakeholders.
Kelebihan dan Kelemahan
Model CIPP
Seperti layaknya suatu
pendekatan dalam ilmu social, cipp memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan :
1. Keunggulan model
cipp
Cipp memiliki pendekatan yang holistik dalam
evaluasi, bertujuan memberikan gambaran yang sangat detail dan luas terhadap
suatu proyek, mulai dari konteksnya hingga saat proses implementasi.
Cipp memiliki potensi untuk bergerak di wilayah
evaluasiformative dan summative. Sehingga sama baiknya dalam membantu melakukan
perbaikan selama program berjalan, maupun memberikan informasi final.
2. Kelemahan model cipp
Terlalu mementingkan bagaimana proses seharusnya
daripada kenyataan di lapangan
Kesannya terlalu top down dengan sifat manajerial
dalam pendekatannya
Cenderung fokus pada rational management ketimbang
mengakui kompleksitas realitas empiris.
E.Model yang
Disarankan
Ketepatan suatu model tak
dapat dilepaskan dari tujuan yang ingin di capaidari kegiatan evaluasi yang
kita adakan.Untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh tentang kurikulum yang
sedang dikembangkan,model Educational system evaluation,tampaknya merupakan model
yang paling tepat.Kelemahan masing-masing model yang lain dapat dapat
ditanggulangi oleh model yang keempat ini.Untuk mencapai tujuan evaluasi yang
bersifat khusus,ketiga model yang lain pun masih dapat memberikan sumbangan:
a.Untuk keperluan seleksi dan klasifikasi siswa serta serta membandingkan
efektifitas kurikulum yang baru dengan kurikulum yang ada menggunakan measurement.
b.Untuk mengkaji efektifitas pembelajaran yang telah dilakukan dan untuk
menetapkan tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan pembelajaran,model congruence
tergolong ampuh untuk digunakan.Sedangkan model illumination digunakan
untuk memperoleh gambaran yang lebih mendalam tentang proses pelaksanaan
kurikulum beserta faktor-faktor yang memengaruhinya.
PENUTUP
A.
Simpulan
1. Evaluasi kurikulum
merupakan suatu tema yang luas, meliputi banyak kegiatan, meliputi
sejumlah prosedur, bahkan dapat merupakan
suatu lapangan studi yang berdiri sendiri.
2. Model-model evaluasi
kurikulum berdasarkan perkembangan evaluasi di Amerika,
Inggris dan Australia dibedakan menjadi:
.a. Model Kuantitatif.
Meliputi model Black Box Tyler, Model Teoritik Taylor dan
Maguire, Model Pendekatan Sistem Alkin, Model Countenance Stake, Model
CIPP
b. Model Ekonomi
c. Model Kualitatif. Meliputi model studi kasus dan
model iluminatif.
Adapun evaluasi kurikulum
sebagai fenomena sejarah merupakan suatu elemen
dalam proses social yang
digubungkan dengan perkembangan pendidikan,
meliputi tiga model
evaluasi, yaitu:
a. Evaluasi model penelitian
b. Evaluasi model objektif
c. Evaluasi model campuran multivariasi
B.
Saran
Melihat pentingnya evaluasi kurikulum maka kami
menyarankan kepada evaluator untuk memahami benar teori-teori evaluasi
kurikulum serta teori kurikulum yang sedang dijalankan oleh satuan pendidikan.
Sehingga evaluasi kurikulum tersebut bermanfaat sebagaimana tujuan dari
evaluasi kurikulum itu sendiri.
Daftar Pustaka
trimakasih atas infonya...
ReplyDeleteminta izin copas buat tugas ya... sukses selalu...