Nama : Raka Dwi Aprian
Jurusan : Pendidikan Ilmu Komputer
Kelas : Pilkom-D
NIM : 1205990
Fakultas : Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (FPMIPA)
PENGARUH
REDOMINASI NILAI MATA UANG RUPIAH
TERHADAP
HARKAT MARTABAT BANGSA INDONESIA
Dalam
artikel ini saya akan mengambil judul tentang “Redominasi Mata Uang Rupiah
dalam Membangun Harkat Martabat Bangsa”. Seperti yang kita ketahui bahwa
Redominasi adalah menyederhanakan denominasi (pecahan) mata uang menjadi
pecahan yang lebih sedikit dengan cara mengurangi digit (angka nol) tanpa
mengurangi nilai mata uang tersebut. Misalnya Rp. 1.000 menjadi Rp.1. Hal yang
sama secara bersamaan dilakukan juga pada harga-harga barang, sehingga daya
beli masyarakat tidak berubah.
Latar
belakang terjadinya Redominasi Rupiah ini adalah Dalam rangka menciptakan
sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman, dan handal. Bank Indonesia
melakukan suatu kebijakan yang disebut redenominasi. Redenominasi mata uang
rupiah menentukan salah satu kewenangan Bank Indonesia dalam rangka mengatur
dan menjaga keselarasan sistem pembayaran di Indonesia. Adapun alasan yang
melatarbelakangi Bank Indonesia melakukan redenominasi mata uang rupiah adalah
karena :
- Uang pecahan Indonesia yang terbesar saat ini adalah Rp 100.000,- yang merupakan pecahan terbesar kedua di dunia setelah mata uang Vietnam yang pernah mencetak 500.000 Dong. Namun tidak memperhitungkan negara Zimbabwe yang pernah mencetak 100 miliar dolar Zimbabwe dalam satu lembar mata uang.
- Munculnya keresahan atas status rupiah yang terlalu rendah ketimbang mata uang lainnya, misalnya terhadap dolar, euro, dan uang global lainnya, bukan soal substansi tapi soal identitas karena kekuatan mata uang kita relatif stabil, cadangan devisa juga aman, inflasi terjaga (satu digit), investasi juga tidak ada persoalan, kinerja ekonomi kita baik.
- Pecahan uang Indonesia yang selalu besar akan menimbulkan ketidakefisienan dan ketidaknyamanan dalam melakukan transaksi, karena diperlukan waktu yang banyak untuk mencatat, menghitung dan membawa uang untuk melakukan transaksi sehingga terjadi ketidakefisienan dalam transaksi ekonomi.
- Untuk mempersiapkan kesetaraan ekonomi Indonesia dengan kawasan ASEAN dalam memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun 2015.
- Untuk menghilangkan kesan bahwa nilai nominal uang yang terlalu besar seolah – olah mencerminkan bahwa di masa lalu, suatu negara pernah mengalami inflasi yang tinggi atau pernah mengalami kondisi fundamental ekonomi yang kurang baik.
Stabilitas
perekonomian adalah prasyarat bagi tercapainya peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan kepastian dalam memberikan jaminan investasi di suatu negara.
Dengan demikian stabilitas pertumbuhan ekonomi dapat meningkatkan kegiatan
perekonomian dalam bentuk perdagangan barang/jasa dan transaksi keuangan. Keadaan
ini harus diimbangi dengan tersedianya mata uang sebagai alat tukar pembayaran
atas barang dan jasa dalam jumlah yang memadai. Keberadaan uang juga
menunjukkan kekayaan seseorang dan kedaulatan suatu negara. Hampir setiap
negara memiliki mata uang tersendiri yang nilai kursnya terhadap mata uang
negara lain berbeda-beda. Berikut disajikan nilai tukar mata uang beberapa
negara di kawasan Asia Tenggara :
Pertumbuhan
perekonomian Indonesia dalam kurung waktu lima tahun terakhir tergolong cukup
stabil yakni berada di kisaran 5-6 persen. Bahkan tingkat perekomonian
Indonesia cukup kuat dalam menghadapi krisis global yang pernah terjadi pada
tahun 2009. Seperti yang terlihat gambar
dibawah ini grafik pergerakan Perekonomian Indonesia dari tahun 2008 sampai
tahun 2012 :
Gambar: 1.1
Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2008-2012
Dalam kehidupan sehari-hari
terkadang masyarakat beranggapan bahwa redominasi sama dengan sanering, padahal
pada kenyataannya sanering dan redominasi itu sangat berbeda mulai dari pengertian
samapi dengan dampak yang ditimbulkan. Sanering adalah pemotongan nilai uang
terhadap harga barang sehingga saya beli masyarakat menurun. Dari pengertian
tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa Redominasi dan Sanering itu sangat
berbeda. Kita dapat melihat perbedaan yang signifikan antara Redominasi dan
Sanering berdasarkan gambar berikut :
Berdasarkan data
diatas terlihat bahwa Redominasi itu berbeda dengan sanering,kebijakan
redenominasi dapat pula meningkatkan martabat bangsa dengan meringkas digit
uang tanpa mengurangi nilai mata uang. Saat ini di Asia Tenggara hanya
Indonesia dan Vietnam saja yang memiliki pecahan mata uang hingga 5 digit.
Dengan redenominasi berupa menghilangkan tiga angka nol (3 digit), maka nilai
kurs baru rupiah terhadap mata uang negara lain akan mengalami penyesuaian
nominal, meskipun daya belinya tidak berubah. Sebagai contoh nilai tukar baru
rupiah terhadap US$ akan dapat menjadi Rp.9,69/ US$ (saat ini Rp.9699/US$) dan
terhadap Ringgit menjadi Rp.3,17/Ringgit (saat ini Rp.3174/Ringgit).
Redominasi
tersebut dilakukan karena nilai pecahan mata uang rupiah saat ini dinilai tidak
efisien. Rupiah memiliki jumlah digit yang terlalu banyak sehingga berpotensi
menyebabkan inefisiensi atau kurang efisiennya mata uang rupiah. Ada beberapa
dampak yang mungkin akan terjadi kalau redominasi ini tidak dilakukan :
1. Proses
input data,pengelolaan database, pelaporan data dan penyimpanan data akan
cendrung tidak efisien.
2. Uang
dengan jumlah digit yang terlalu banyak akan menimbulkan kerumitan perhitungan
dalam transaksi ekonomi sehingga berpotensi menimbulkan kekeliruan serta
memakan waktu terlalu lama.
3. Jumlah
digit yang terlalu banyak akan menyebabkan permasalahan transaksi akibat nilai
transaksi yang melampaui jumlah digit yang dapat ditoleransi oleh infrastruktur
system pembayaran dan system pencatatan.
4. Pada
dunia pendidikan, Denominasi rupiah yang besar kurang mendukung pendidikan
dasar usia sekolah karena transaksi tunai sehari-hari yang jumlah digitnya
terlalu besar.
Jadi,
kesimpulannya bahwa Redominasi ini penting dalam mengangkat harkat martabat
Indonesia di mata Ekonomi dunia. Jumlah digit mata uang rupiah yang terlalu
banyak sehingga menyebabkan kurang efisiensinya rupiah dalam kehidupan
sehari-hari. Sehingga, diperlukannya suatu upaya agar mata uang rupiah menjadi
efisien dan nilai kurs baru rupiah terhadap mata uang negara lain akan
mengalami penyesuaian nominal, walaupun tidak mengubah daya belinya. Yang
terpenting redominasi ini berbeda dengan sanering yang memiliki dampak buruk lebih
banyak terhadap masyarakat Indonesia karena sanering menyebabkan turunnya daya
beli dan nilai uang terhadap barang berubah menjadi kecil.
0 comments:
Post a Comment